Senin, 18 Desember 2017

Soe hok gie

Pada kenal dengan sosok Soe Hok Gie kan? Gie memang terkenal sebagai seorang demonstran sekaligus pecinta alam pada masa Orde Lama. Dia sangatlah gigih dalam mengkritik pemerintahan pada masa itu. Gie memang memiliki pemikiran-pemikiran bijak yang layak diteladani, berikut beberapa kata-kata Gie yang cukup populer:

Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan.

Pertanyaan pertama yang harus kita jawab adalah: Who am I? Saya telah menjawab bahwa saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar: kebenaran.

Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah.

Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau.

Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.

makluk kecil, kembalilah dari tiada menuju tiada. berbahagialah dalam ketiadaanmu.

Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi “manusia-manusia yang biasa”. Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia.

Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.

Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.

Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan. Apakah tanpa pemerasan sejarah tidak ada? Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan, sejarah tidak akan lahir?

Bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non humanis…

Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah.

Bagi saya KEBENARAN biarpun bagaimana sakitnya lebih baik daripada kemunafikan. Dan kita tak usah merasa malu dengan kekurangan-kekurangan kita.

Potonglah kaki tangan seseorang lalu masukkan di tempat 2 x 3 meter dan berilah kebebasan padanya. Inilah kemerdekaan pers di Indonesia.

Saya tak mau jadi pohon bambu, saya mau jadi pohon oak yang berani menentang angin.

Saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi. Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan

I’m not an idealist anymore, I’m a bitter realist.

Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat saya keluar air mata.

Saya tak tahu mengapa, Saya merasa agak melankolik malam ini. Saya melihat lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas jakarta dengan warna-warna baru. Seolah-olah semuanya diterjemahkan dalam satu kombinasi wajah kemanusiaan. Semuanya terasa mesra tapi kosong. Seolah-olah saya merasa diri saya yang lepas dan bayangan-bayangan yang ada menjadi puitis sekali di jalan-jalan. Perasaan sayang yang amat kuat menguasai saya. Saya ingin memberikan sesuatu rasa cinta pada manusia, pada anjing-anjing di jalanan, pada semua-muanya.

Tak ada lagi rasa benci pada siapapun. Agama apapun, ras apapun dan bangsa apapun. Dan melupakan perang dan kebencian. Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.

Dunia itu seluas langkah kaki,
Jelajahilah dan jangan pernah takut melangkah
Hanya dengan itu kita bisa mengerti kehidupan
dan menyatu denganya

Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan”

“Orang yang berani karena bersenjata adalah pengecut”

“Jepang adalah tanah dan Barat adalah benih. Benih itu ditanam dan walaupun yang tumbuh pohon barat, Tapi pohon tadi telah mempunyai sifat2 yang khas jepang. Apakah Indonesia sekuat Jepang? Setanpun tak tahu.”

“Kalau Tuhan ada dan ia makhluk yang aktif maka aku kutuki Tuhan. ia bagai raja yang Mahakuasa, lalu dia cipta manusia-manusia, semuanya ini dan kalutlah semuanya. Dia seolah-olah cuma bergurau dan iseng-iseng. Mengapa dunia ada? Aku pokoknya menolak semua agama yang membebek. Bagiku Tuhan adalah kebenaran. Ia ada dan tiada. Ia terjadi bukan menjadi. Tapi bagaimana dengan manusia lain? Masa bodo.”

“Akupun tak yakin (pasti malah) tentang ke-tak-ada-annya nasib… Aku berpendapat bahwa kita adalah pion dari diri kita sendiri sebagai keseluruhan. Kita adalah arsitek nasib kita, tapi tak pernah dapat menolaknya. Kita asing, ya kita asing dari ciptaan kita sendiri”

“Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan. Apakah tanpa pemerasan, sejarah tidak ada? Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan sejarah tidak akan lahir? Seolah-olah bila kita membagi sejarah maka yang kita jumpai hanya pengkhianatan. Seolah-olah dalam setiap ruang dan waktu kita hidup atasnya. Ya, betapa tragisnya. ‘Hidup adalah penderitaan’, kata Buddha. Dan manusia tidak bisa bebas dari padanya. Kita hidup dan kita menerima itu sebagai suatu keharusan. Tapi bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non-humanis. Memag kita sadar akan kesia-sia-an itu. Kita tahu akan absurd-nya. Dan itulah hidup. Stand like a hero and die bravely. Aku kira dan bagiku itulah kesadaran sejarah. Sadar akan hidup Dan kesia-siaan nilai. Memang hidup seperti ini tidak enak. … Dan sejarawan adalah orang yang harus mengetahui dan mengalami hidup yang lebih berat.”

“Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedudukan. Tanpa itu semua maka kita tidak lebih dari benda. Berbahagialah orang yang masih mempunyai rasa cinta, yang belum sampai kehilangan benda yang paling bernilai itu. Kalau kita telah kehilangan itu maka absurd-lah hidup kita.”

“Memang hidup ini sangat tragis dan kejam. Dan seorang pahlawan adalah seorang yang mengundurkan diri untuk dilupakan seperti kita melupakan yang mati untuk revolusi.”

“Beberapa bulan yang lalu Aku percaya sejarah adalah lokomotif yang dibuat manusia, tetapi manusia sendiri tak dapat menahannya. Sekarang aku lebih cenderung untuk berkata bahwa manusia disuruh membuat lokomotif yang tak terkendalikan dan terlawan oleh situasinya sendiri dan ia tak sadar”

“To be human is to be destroyed”

“Saya tak tahu masa depan saya. Sebagai orang yang berhasil? Sebagai orang yang gagal terhadap cita-cita idealisme? lalu tenggelam dalam waktu dan usia? Sebagai orang yang kecewa dan lalu mencoba menteror dunia? Atau sebagai seorang yang gagal tetapi dengan penuh rasa bangga tetap memandang matahari terbit? Saya ingin mencoba mencintai semua. Dan bertahan dalam hidup ini.”

“Bersatu hanya untuk bersatu adalah hipokrit”

“Man can be destroyed but never defeated”

“Suatu gerakan hanya mungkin berhasil bila dasar-dasar dari gerakan tersebut mempunyai akar-akarnya di bumi tempat ia tumbuh.

Ide yang jatuh dari langit tidak mungkin subur tumbuhnya.

Hanya ide yang berakar ke bumi yang mungkin tumbuh dengan baik.”

“Hidup adalah soal keberanian. Keberanian menghadapi tanda tanya tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa mengelak. Terimalah dan Hadapilah.”

“Disana, di Istana sana, Sang Paduka Yang Mulia Presiden tengah bersenda gurau dengan isteri-isterinya. Dua ratus meter dari Istana, aku bertemu si miskin yang tengah makan kulit mangga. Aku besertamu orang-orang malang…”

“Bagi saya KEBENARAN biarpun bagaimana sakitnya lebih baik daripada kemunafikan. Dan kita tak usah merasa malu dengan kekurangan-kekurangan kita.”

“bahwa untuk memperoleh kemerdekaan sejati dan hak-hak yang dijunjung sebagaimana mestinya, ada harga yang harus dibayar, dan memberontaklah caranya…”

“Kalau kita ingin hidup bebas, kita harus belajar terbang.”

ketidak-adilan bisa merajalela, tapi bagi seorang yang secara jujur dan berani berusaha melawan semua ini, dia akan mendapat dukungan tanpa suara dari banyak orang. mereka memang tidak berani membuka mulutnya, karena kekuasaan membungkamkannya. tapi kekuasaan tidak bisa menghilangkan dukungan itu sendiri, karena betapa kuat pun kekuasaan, seseorang tetap masih memiliki kemerdekaan untuk berkata “ya” atau “tidak”, meski pun cuma dihatinya.

Realitas – realitas baru inilah yang menghadapi pemuda-pemuda Indonesia yang penuh dengan idealisme. Dia hanya punya dua pilihan. Yang pertama, tetap bertahan dengan cita-cita idealisme. Menjadi manusia-manusia yang non-kompromistis. Orang-orang dengan aneh dan kasihan akan melihat mereka sambil geleng-geleng kepala. “Dia pandai dan jujur, tetapi sayangnya kakinya tidak menginjak tanah.”

Atau… dia kompromi dengan situasi yang baru. Lupakan idealisme dan ikut arus. Bergabunglah dengan grup yang kuat (partai, ormas, ABRI, dan lain-lainnya) dan belajarlah teknik memfitnah dan menjilat. Karir hidup akan cepat menanjak. Atau kalau mau lebih aman kerjalah di sebuah perusahaan yang bisa memberikan sebuah rumah kecil, sebuah mobil atau jaminan-jaminan lain dan belajarlah patuh dengan atasan. Kemudian carilah istri yang manis. Kehidupan selesai.

Ada pun yang ditempuh, semua jalan berakhir dengan frustrasi. Yang satu bagai merasa Don Kisot melawan kincir angin, yang lain merasa sebagai pilot yang tidak pernah terbang.

Dunia ini adalah dunia yang aneh.
Dunia yang hijau tapi lucu.
Dunia yang kotor tapi indah.
Mungkin karena itulah saya telah jatuh cinta dengan kehidupan.
Dan saya akan mengisinya, membuat mimpi-mimpi yang indah dan membius diri saya dalam segala-galanya.
Semua dengan kesadaran.
Setelah itu hati rasanya menjadi lega.

Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan.

Hidup adalah soal keberanian. Keberanian menghadapi tanda tanya tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa mengelak. Terimalah dan hadapilah.

Dan seorang pahlawan adalah seorang yang mengundurkan diri untuk dilupakan seperti kita melupakan yang mati untuk revolusi.

Bidang seorang sarjana adalah berfikir dan mencipta yang baru, mereka harus bisa bebas dari segala arus masyarakat yang kacau. Tapi mereka tidak bisa terlepas dari fungsi sosialnya. Yakni bertindak demi tanggung jawab sosialnya, apabila keadaan telah mendesak. Kaum intelejensia yang terus berdiam di dalam keadaan yang mendesak telah melunturkan semua kemanusiaan.

Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.

 

Source:
https://akumalam.wordpress.com/tag/soe-hok-gie/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar